Review Laskar Pelangi Bab 25 Rencana B

Bab 25

Rencana B

Pada bab 25 ini saya berikan tema optimistis dan rencana.

Pada bab 25 ini, penulis melanjutkan ceritanya dengan kedatangan Ibu Mus dan teman-temannya yang lain setelah Mahar dan A Kiong pergi. Besoknya penulis sudah sembuh dan datang kesekolah. Sepulang sekolah penulis disergap perasaan sedih, merindukan A Ling.

Mengalihkan rasa rindu itu, penulis membaca buku. Seandainya Aku Bisa Bicara, kenangan dari A Ling. Penulis membaca buku tersebut yang bercerita tentang perjuangan seorang dokter hewan muda di zaman susah tahun 30-an.

Herriot, sang dokter itu bekerja di desa terpencil yang bernama Edensor, Inggris. Dalam bukunya, melalui penulis Herriot menggambarkan suasana desa Edensor yang sangat indah. Buku itu berhasil membuat penulis menyadari sesuatu yang lebih indah dari cinta. Penulis telah jatuh cinta pada Edensor dan menjadikannya pelarian dari kesedihan.

A Ling dengan bijak menggantikan kehadirannya dengan Edensor yang justru membuat penulis semakin mencintainya. Bagi penulis menghayalkan Edensor dapat menghilangkan semua beban hidupnya. Edensor telah menyadarkan penulis dan membiarkannya melepas cinta pertamanya terbang tinggi. Meskipun kini bukan lagi A Ling yang menyambutnya, penulis tetap bersemangat membeli kapur tulis bersama Syahdan temannya seperti pada hari-hari sebelumnya.

Dari pengalaman cinta pertamanya, penulis berhasil menarik  pelajaran moral nomor enam: Jika Anda memiliki kesempatan mendapatkan cinta pertama di sebuah tokoh kelontong, meskipun toko itu bobrok dan bau tengik, maka rebutlah cepat-cepat kesempatan itu karena cinta pertama semacam itu bisa menjadi demikian indah tak terperikan!

Penulis bersyukur telah mengenal A Ling cinta pertamanya yang membuatnya berpikir positif untuk evaluasi kemajuan hidupnya.

Di bagian berikutnya penulis menceritakan kehebatannya dalam bermain bulu tangkis. Ia menjadikan bulu tangkis dan menjadi seorang penulis sebagai prioritas dalam hidupnya, rencana A. Selain cita-citanya, penulis juga menceritakan tentang cita-cita teman-temannya Laskar Pelangi. Menurut penulis, mereka berani bermimpi karena Lintang.

Pada bagian akhir, penulis mengulas tentang rencana B. Rencana B untuk mengantisipasi kegagalan rencana A.

Bab 26 Be There or Be Damned!....

See you, bye-bye....


Bab 25

Rencana B


Pada bab 25 ini saya berikan tema optimistis dan rencana.

Pada bab 25 ini, penulis melanjutkan ceritanya dengan kedatangan Ibu Mus dan teman-temannya yang lain setelah Mahar dan A Kiong pergi. Besoknya penulis sudah sembuh dan datang kesekolah. Sepulang sekolah penulis disergap perasaan sedih, merindukan A Ling.

Mengalihkan rasa rindu itu, penulis membaca buku Seandainya Aku Bisa Bicara, kenangan dari A Ling. Penulis membaca buku tersebut yang bercerita tentang perjuangan seorang dokter hewan muda di zaman susah tahun 30-an.

Herriot, sang dokter itu bekerja di desa terpencil yang bernama Edensor, Inggris. Dalam bukunya, melalui penulis Herriot menggambarkan suasana desa Edensor yang sangat indah. Buku itu berhasil membuat penulis menyadari sesuatu yang lebih indah dari cinta. Penulis telah jatuh cinta pada Edensor dan menjadikannya pelarian dari kesedihan.

A Ling dengan bijak menggantikan kehadirannya dengan Edensor yang justru membuat penulis semakin mencintainya. Bagi penulis menghayalkan Edensor dapat menghilangkan semua beban hidupnya. Edensor telah menyadarkan penulis dan membiarkannya melepas cinta pertamanya terbang tinggi. Meskipun kini bukan lagi A Ling yang menyambutnya, penulis tetap bersemangat membeli kapur tulis bersama Syahdan temannya seperti pada hari-hari sebelumnya.

Dari pengalaman cinta pertamanya, penulis berhasil menarik pelajaran moral nomor enam: Jika Anda memiliki kesempatan mendapatkan cinta pertama di sebuah tokoh kelontong, meskipun toko itu bobrok dan bau tengik, maka rebutlah cepat-cepat kesempatan itu karena cinta pertama semacam itu bisa menjadi demikian indah tak terperikan!

Penulis bersyukur telah mengenal A Ling cinta pertamanya yang membuatnya berpikir positif untuk evaluasi kemajuan hidupnya.

Di bagian berikutnya penulis menceritakan kehebatannya dalam bermain bulu tangkis. Ia menjadikan bulu tangkis dan menjadi seorang penulis sebagai prioritas dalam hidupnya, rencana A. Selain cita-citanya, penulis juga menceritakan tentang cita-cita teman-temannya Laskar Pelangi. Menurut penulis, mereka berani bermimpi karena Lintang.

Pada bagian akhir, penulis mengulas tentang rencana B. Rencana B untuk mengantisipasi kegagalan rencana A.

Bab 26 Be There or Be Damned!....

See you, bye-bye....

0 Response to "Review Laskar Pelangi Bab 25 Rencana B"

Post a Comment

Silahkan tinggalkan jejak!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel