Review Laskar Pelangi Bab 32 Agnostik


Bab 32

Agnostik



Pada bab 32 ini, saya berikan tema profesi anggota Laskar Pelangi.

Pada awal bab 32 ini, penulis telah pulang kampung.. Di dalam bus, penulis melewati Toko Sinar Harapan yang membuatnya mengingat kenangan indah dengan cinta pertamanya, A Ling. Saat ini, penulis masih menyimpan dan selalu membawa buku Seandainya Mereka Bisa Bicara yang telah dihadiahkan A Ling untuknya.

Pada bagian selanjutnya, penulis membuat rencana C setelah rencana A dan rencana B-nya gagal. Rencana C penulis adalah meraih beasiswa pendidikan lanjutan dari sebuah negara asing. Dengan tekad yang kuat dan kerja keras penulis berhasil meraih beasiswa tersebut.

Pada bagian selanjutnya, penulis menceritakan tentang A Kiong, seorang agnostik yaitu orang mempercayai Tuhan namun tidak memeluk agama apapun. Namun menjelang dewasa, ia telah mengalami perubahan dan mencintai ajaran Islam dan berganti nama menjadi Nur Zaman.

A Kiong masih memiliki satu hal yang membuatnya risau. Cinta yang tak diungkapkan. Setelah belasan tahun, A Kiong mengungkapkan perasaannya dan di terima oleh wanita idamannya. Wanita itu juga salah-satu dari anggota Laskar Pelangi, Sahara. Kini mereka telah dikaruniai lima anak dan membuka toko kelontong Sinar Perkasa. Mereka mempekerjakan seorang kuli dan memperlakukannya sebagai sahabat. Dia juga anggota Laskar Pelangi, Samson.

Jika waktu luang mereka bertiga mengunjungi Harun. Jika dulu Harun adalah anak kecil yang terperangkap dalam tubuh orang dewasa sekarang ia adalah orang dewasa yang terperangkap dalam pikiran anak kecil. Nur Zaman adalah pria terhormat yang telah memanfaatkan waktu yang diberikan Tuhan untuk menemukan kebenaran didalam penderitaan.

Lintang saat ini juga telah berprofesi sebagai sopir truk. Nasib Lintang membuat penulis merasa iba atas semua kecerdasan yang terbuang sia-sia. Namun kegeniusan Lintang tidak pernah memudar yang membuat penulis selalu kagum. Lintang juga tidak pernah kecewa dengan profesinya. Ia mengatakan paling tidak ia telah memenuhi harapan ayahnya agar tidak jadi nelayan.

Pada bagian selanjutnya, penulis flash back ke masa sekolah dulu. Setelah membaca surat Tuk Bayan Tula, Mahar dan Flo menjumpai Bu Mus dan menyalaminya. Mereka telah berdamai. Keesokan harinya Mahar membubarkan Societeit de Limpai dan hari berikutnya Flo datang kesekolah dengan berjilbab.

Mahar dan Flo lulus ujian caturwulan terakhir. Kini Flo menjadi guru TK di Tanjong Pandan setelah lulus Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Sriwijaya. Ia menikah dengan seorang petugas teller bank BRI mantan anggota Societeit. Kini mereka telah di karuniai empat anak laki-laki.

Setelah menulis buku-buku kebudayaan, Mahar kini menjadi seorang narasumber budaya. Sekarang Mahar sibuk mengajar dan mengorganisasi berbagai kegiatan kebudayaan. Tentu saja pekerjaan itu tidak mampu menyokong nafkah ia dan ibunya. Karena itu, Mahar juga memperoleh sedikit penghasilan dari orang pesisir yang memintah bantuannya melatih beruk memetik buah kelapa.

Syahdan yang bercita-cita sebagai aktor berhasil mencapai mimpinya, meskipun hanya menjadi aktor figuran. Namun karena pekerjaan itu tidak mampu menghidupinya ia iseng-iseng kursus komputer. Di luar dugaan, Syahdan berhasil menguasai beberapa bahasa pemrograman dan tahun berikutnya ia mendapat beasiswa shortcourse di bidang computer network di Kyoto University, Jepang. Secara material, Syahdan merupakan anggota Laskar Pelangi yang paling sukses. Kini ia menjadi manager di salah-satu multinasionalterkemuka yang berkantor pusat di Tangerang.

Pada bagian akhir bab 32 ini, penulis menceritakan masih tentang Syahdan yang menelponnya tanpa basa-basi dan hanya mengatakan bahwa ia masih ingin menjadi aktor.

Bab 33 Anakronisme....

See you in the next article...

0 Response to "Review Laskar Pelangi Bab 32 Agnostik"

Post a Comment

Silahkan tinggalkan jejak!

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel